Thursday, October 14, 2010

Analisa Bahasa Minahasa

Apakah yang dapat kita mengerti tentang Pakasaan Toudano dengan mengkajinya dari sudut bahasa? Sebagai gambaran, kita melihat jumlah penutur asli bahasa-bahasa di Minahasa menurut F. S. Watuseke adalah:1

Tontemboan  : 120.000
To[u]dano     : 70.000
Tombulu       : 50.000
Tonsea          : 60.000
Tonsawang    : 15.000
Ratahan         : 15.000
Bantik           : 10.000
Ponosakan     : 2.000

Saya mengkhususkan perbandingan berikut ini pada sub-etnis Tontemboan, Toudano, Tombulu, Tonsea, dan Tonsawang.2

Indonesia      Ttb                   Tdo              Tbl             Tsa            Tswg
manusia         tou                    tou               tou              tou             tou
bapa             amang                ama’            ama’           ama’          amang
mata             weren                weren          weren          weren         wellen
kepala          ro’kos               kokong         ulu               udu             kohong
babi             wawi                  tiéy              wawi           wawi           tiéy
anjing           asu                    asu                asu              asu            balle’
belut             kosei                 kasili             kasili            kasidi         kasili
monyet         wolai                 woléi            wale’            angko’        bakayu
rambut          wu’uk               wu’uk           wu’uk          wu’uk         utah

Ket.: Ttb=Tontemboan; Tdo=Toudano; Tbl=Tombulu; Tsa=Tonsea; Tswg=Tonsawang

Berikut ini saya mengutip Wenas untuk membandingkan struktur kalimat bahasa Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, dan Bahasa Toudano. Kalimat ini adalah bagian cerita fabel yang ditulis oleh J. G. F. Riedel.3

Bahasa Indonesia:
Saya tidak mau lagi menetap tinggal di tempat kelahiranku.
Aku ingin pergi naik dan turun gunung mencari tempat tinggal yang lain.

Tontemboan:
Ia aku rai o masale menna an wia karengan tinouanku.
Aku masale mange sumosor wo meros an kuntung, mange mangere tana walina.

Tombulu :
Ku zei’mo pa’az menah maha ento-ento’ wia karengan kina mualianku.
Ku pa’az mange sumosoz wo meros an kentur milek tana’ walina.

Tonsea:
Ku dai’ mo pa’ad mena bia kinatouanku.
Aku pa’ad mange sumosor wo meros an toka maelek an tana’ badina.

Tonsawang: [belum ada terjemahan]

Toudano :
Niaku ku so’omou mena’ wia em wanua kinatouanku.
Ku pa’ar mae sumosor wo meros eng kuntung sumero en tampa paana'an walina.

Dalam terjemahan Toudano yang saya berikan “tampa paana'an walina” lebih cocok untuk menerjemahkan “tempat tinggal yang lain” jika dibandingkan dengan “tana’ walina” (har. tanah yang lain). Demikian juga ungkapan “so’omou” (sudah tidak mau) dalam bahasa Toudano lebih cocok daripada “rei’mou pa’ar” (haf. sudah tidak mau). Perbedaan dalam terjemahan saya lebih kepada diksi, namun jika hendak menggunakan kata-kata yang sama pada ungkapan-ungkapan di atas, maka Bahasa Toudano memiliki kesamaan dengan yang dipakai oleh Tontemboan, Tombulu, dan Tonsea.



Dari uraian di atas ini kita bisa melihat bahwa bahasa-bahasa sub-etnik utama memiliki kesamaan yang dekat. J. G. F. Riedel sudah memikirkan bahwa pada zaman purba Tontemboan, Toudano, Tombulu dan Tonsea memiliki satu bahasa.4 Hal ini juga yang diungkap J. Sneddon lewat penelitiannya.5 Mengenai persamaan dalam bahasa-bahasa ini, menurut analisa Sneddon, Bahasa Toudano memiliki 70% persamaan kata (basic vocabulary) dengan Tombulu dan Tonsea.6

Bahasa Toudano menunjukkan kesamaan struktur bahasa dan persamaan kata-kata dasar dengan bahasa suku-suku lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tou Toudano merupakan bagian dari masyarakat purba Minahasa. Itu sebabnya dapat kita mengerti bahwa sub-etnis Toudano merupakan bagian dari sejarah tanah Malesung, jauh dari kedatangan kelompok Singal di Tanjung Pulisan.


Ray Maleke

Berikutnya: Perjalanan Tonsingal ke Tepi Utara Danau Tondano


------
1 F. S. Watuseke, Sejarah Minahasa, 11.
2 Diadaptasi dari Sejarah dan Budaya Minahasa (J. Wenas, Opcit. 74)
3 J. G. F. Riedel, Talen en Dialekten op de Eilanden Noord en Midden Celebes, Lange-Batavia, 1868 h. 8-19.
4 Dikutip Wenas dari J. G. F. Riedel, Tounseasche Fabelan, Gravenhage Nijhoff, Batavia, 1869, h. 302.
5 Schouten, Opcit., mengutip J. Sneddon (1989), p. 15.
6 J. Sneddon, Tondano Phonology and Grammar (Australia: Pasific Linguistic, 1975), 1.

1 comments:

Unknown April 1, 2019 at 1:03 AM  

klo nentau bahasa jangan dulu menulis supaya bahasa nda tamba rusak



Lindungi Danau Kita dengan Menjaga Hutan Kita. Jangan biarkan ini terjadi!

http://www.wepa-db.net/pdf/0712forum/presentation26.pdf

Popular Posts