Analisa Bahasa Minahasa
Apakah yang dapat kita mengerti tentang Pakasaan Toudano dengan mengkajinya dari sudut bahasa? Sebagai gambaran, kita melihat jumlah penutur asli bahasa-bahasa di Minahasa menurut F. S. Watuseke adalah:1
Tontemboan : 120.000
To[u]dano : 70.000
Tombulu : 50.000
Tonsea : 60.000
Tonsawang : 15.000
Ratahan : 15.000
Bantik : 10.000
Ponosakan : 2.000
Saya mengkhususkan perbandingan berikut ini pada sub-etnis Tontemboan, Toudano, Tombulu, Tonsea, dan Tonsawang.2
Indonesia Ttb Tdo Tbl Tsa Tswg
manusia tou tou tou tou tou
bapa amang ama’ ama’ ama’ amang
mata weren weren weren weren wellen
kepala ro’kos kokong ulu udu kohong
babi wawi tiéy wawi wawi tiéy
anjing asu asu asu asu balle’
belut kosei kasili kasili kasidi kasili
monyet wolai woléi wale’ angko’ bakayu
rambut wu’uk wu’uk wu’uk wu’uk utah
Ket.: Ttb=Tontemboan; Tdo=Toudano; Tbl=Tombulu; Tsa=Tonsea; Tswg=Tonsawang
Berikut ini saya mengutip Wenas untuk membandingkan struktur kalimat bahasa Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, dan Bahasa Toudano. Kalimat ini adalah bagian cerita fabel yang ditulis oleh J. G. F. Riedel.3
Bahasa Indonesia:
Saya tidak mau lagi menetap tinggal di tempat kelahiranku.
Aku ingin pergi naik dan turun gunung mencari tempat tinggal yang lain.
Tontemboan:
Ia aku rai o masale menna an wia karengan tinouanku.
Aku masale mange sumosor wo meros an kuntung, mange mangere tana walina.
Tombulu :
Ku zei’mo pa’az menah maha ento-ento’ wia karengan kina mualianku.
Ku pa’az mange sumosoz wo meros an kentur milek tana’ walina.
Tonsea:
Ku dai’ mo pa’ad mena bia kinatouanku.
Aku pa’ad mange sumosor wo meros an toka maelek an tana’ badina.
Tonsawang: [belum ada terjemahan]
Toudano :
Niaku ku so’omou mena’ wia em wanua kinatouanku.
Ku pa’ar mae sumosor wo meros eng kuntung sumero en tampa paana'an walina.
Dalam terjemahan Toudano yang saya berikan “tampa paana'an walina” lebih cocok untuk menerjemahkan “tempat tinggal yang lain” jika dibandingkan dengan “tana’ walina” (har. tanah yang lain). Demikian juga ungkapan “so’omou” (sudah tidak mau) dalam bahasa Toudano lebih cocok daripada “rei’mou pa’ar” (haf. sudah tidak mau). Perbedaan dalam terjemahan saya lebih kepada diksi, namun jika hendak menggunakan kata-kata yang sama pada ungkapan-ungkapan di atas, maka Bahasa Toudano memiliki kesamaan dengan yang dipakai oleh Tontemboan, Tombulu, dan Tonsea.
Dari uraian di atas ini kita bisa melihat bahwa bahasa-bahasa sub-etnik utama memiliki kesamaan yang dekat. J. G. F. Riedel sudah memikirkan bahwa pada zaman purba Tontemboan, Toudano, Tombulu dan Tonsea memiliki satu bahasa.4 Hal ini juga yang diungkap J. Sneddon lewat penelitiannya.5 Mengenai persamaan dalam bahasa-bahasa ini, menurut analisa Sneddon, Bahasa Toudano memiliki 70% persamaan kata (basic vocabulary) dengan Tombulu dan Tonsea.6
Bahasa Toudano menunjukkan kesamaan struktur bahasa dan persamaan kata-kata dasar dengan bahasa suku-suku lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Tou Toudano merupakan bagian dari masyarakat purba Minahasa. Itu sebabnya dapat kita mengerti bahwa sub-etnis Toudano merupakan bagian dari sejarah tanah Malesung, jauh dari kedatangan kelompok Singal di Tanjung Pulisan.
Ray Maleke
Berikutnya: Perjalanan Tonsingal ke Tepi Utara Danau Tondano
------
1 F. S. Watuseke, Sejarah Minahasa, 11.
2 Diadaptasi dari Sejarah dan Budaya Minahasa (J. Wenas, Opcit. 74)
3 J. G. F. Riedel, Talen en Dialekten op de Eilanden Noord en Midden Celebes, Lange-Batavia, 1868 h. 8-19.
4 Dikutip Wenas dari J. G. F. Riedel, Tounseasche Fabelan, Gravenhage Nijhoff, Batavia, 1869, h. 302.
5 Schouten, Opcit., mengutip J. Sneddon (1989), p. 15.
6 J. Sneddon, Tondano Phonology and Grammar (Australia: Pasific Linguistic, 1975), 1.
1 comments:
klo nentau bahasa jangan dulu menulis supaya bahasa nda tamba rusak
Post a Comment