Musyawarah Watu Pinawetengan
Pada waktu pemerintahan telah dipegang oleh golongan Pasiouwan Telu, rakyat Minahasa telah tersebar di seluruh penjuru Minahasa. Tidak jarang terjadi persaingan-persaingan antara kelompok yang berujung pada pertikaian. Dengan pemerintahan yang kuat dari Pasiouwan Telu maka puak-puak/taranak-taranak yang telah membentuk wanua-wanua di tanah Malesung diundang untuk mengadakan musyawarah. Seperti kebiasaan dari waktu sebelumnya, masyarakat purba Minahasa selalu bertemu di sebelah utara Bukit Tonderukan sekarang, suatu tempat yang disebut Awuan. Dalam kosmologi Minahasa tempat itu dinamakan Tu’ur in Tana’ atau “tanah leluhur.”1 Di tempat inilah berbagai pertemuan penting menyangkut keturunan Toar dan Lumimuut dibicarakan bersama. Karena di tempat itu diadakan pembagian, maka itu kemudian lebih dikenal dengan Watu Pinawéténgan (Batu Tempat Pembagian).
Dalam pertemuan itu ditetapkanlah untuk membagi masyarakat Malesung menurut bahasa (pinawéténgan u nuwu’) dan sistem pemujaan (pinawéténgan um posan).2 Menurut H. M. Taulu format musyawarah Watu Pinawetengan yang diperkirakan terjadi pada abad ketujuh itu adalah: Kopero sebagai ketua musyawarah, sedangkan pengukir tanda-tanda pada permukaan Watu Pinawetengan adalah Muntu-untu dan Mandei. 3 Secara tidak langsung, ada juga yang berperan dalam terciptanya pertemuan-pertemuan di Watu Pinawetengan, yakni Siouw Kurur yang menjadi pembawa berita (kurir) untuk setiap walak. Pertemuan-pertemuan penting lainnya yang terjadi di Watu Pinawetengan diantaranya adalah ketika hendak menghadapi serangan Raja Bolaang-Mongondow dan ketika hendak berperang melawan Belanda pada tahun 1908.
Ray Maleke
Berikutnya: Dari Mana Muncul Pakasaan Toudano
-----
1 F. S. Watuseke, Sejarah Minahasa, Opcit., 14.
2 Ibid.;
3 H. M. Taulu, Etimology Malesung / Minahasa – Indonesia (Manado: Yayasan Membangun, 1982), 21.
0 comments:
Post a Comment