Pakasaan Toudano-Minahasa
Banyak tulisan mengenai sejarah Minahasa, baik dalam bentuk buku, makalah maupun yang dituangkan di berbagai website, keliru dalam memahami keberadaan Pakasaan1 Toudano, sehingga dengan sendirinya mengurangi pemahaman tentang Minahasa secara utuh.2 Salah satu penyebabnya adalah variasi-variasi dalam tradisi mengenai keberadaan sub-etnis3 Minahasa yang paling resisten terhadap Belanda sebelum kalah dalam Perang Tondano 1808-1809 ini.
Perlu dipahami bersama bahwa tradisi-tradisi yang beredar secara lisan dalam masyarakat tradisional Minahasa, baik yang kemudian telah ditulis atau yang belum ditulis, telah melalui proses sublimasi yang lama, sehingga melahirkan versi-versi yang tak jarang simpang siur antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh tidak ada (atau hilangnya) tradisi menulis pada masyarakat purba Minahasa, ketidak-stabilan yang dihadapi kelompok-kelompok masyarakat oleh serangan perompak, peperangan antar-suku atau perpindahan tempat tinggal yang sering terjadi. Kebanyakan informasi yang diperoleh dari masa lalu adalah melalui tradisi lisan yang dilestarikan secara turun temurun terutama melalui pempimpin agama atau pemimpin adat.
Perjumpaan masyarakat Minahasa dengan Kekristenan juga memberi pengaruh yang signifikan. Para penginjil yang datang ke tanah Minahasa bergumul tentang konsep budaya dan agama suku. Pada kenyataannya keduanya seringkali dilihat sebagai dua hal yang sama, sehingga secara langsung atau tidak langsung kebudayaan Minahasa didorong mundur dari pentas kehidupan rakyat Minahasa. Namun tentu saja hal yang mustahil memisahkan manusia dan budayanya. Itulah sebabnya dengan masih eksisnya Tou Minahasa, maka segala karsa dan karyanya juga masih tetap menyertainya, sekalipun semua yang telah didorong mundur ke belakang layar itu masih perlu dibawa kembali ke depan. (Di sinilah peran para teolog untuk merenungkan konsep teologi kontekstual bagi Tou Minahasa dan merefleksikan perjumpaan iman Kristen dan peradaban Minahasa.)
Tulisan ini bukan bertujuan untuk melegitmasi satu dari tradisi-tradisi yang ada, melainkan menggali pemahaman yang lebih menyeluruh tentang hal-ikhwal Pakasaan Toudano dalam konteks ke-Minahasa-annya. Dari sini diharapkan bahwa Tou Toudano dapat memahami jati dirinya dalam ke-Minahasa-annya, yang secara explisit menyiratkan tanggung jawabnya bagi kemajuan dan kesejahteraan tanah Minahasa, serta juga mendorong sub-etnis Minahasa lainnya supaya berefleksi pada sejarahnya sendiri dalam konteks ke-Minahasa-an dan juga mengambil bagian dalam tanggung jawab dalam membangun Minahasa yang lebih baik.4
Tulisan ini mencoba meneliti keberadaan Pakasaan Toudano dimulai dari Watu Pinawetengan sampai dengan peristiwa lahirnya ikrar Minaesa dan kedatangan bangsa-bangsa Barat.
Ray Maleke
Berikutnya: Cerita Asal-Muasal Tou Minahasa
-------
1 Pakasaan berasal dari kata “esa” yang berarti “kesatuan.” Istilah yang menunjuk pada kesatuan adat dari masyarakat Minahasa. F. S. Watuseke, Sejarah Minahasa (Manado: Percetakan Negara Manado, 1968) 74). Pakasaan terbentuk dari gabungan beberapa walak yang mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat.
2 F. S. Watuseke dan R. E. H. Kotambunan yang merupakan penulis sejarah Minahasa yang dikanonkan sayangnya terkesan jatuh dalam penilaian ini, karena mereka menerima begitu saja tulisan dari Graafland yang seharusnya perlu dikritisi lebih jauh. Tulisan di website cenderung merujuk pada tulisan mereka sehingga jatuh pula pada lobang yang sama. Contoh: http://en.wikipedia.org/wiki/Minahasa.
3 Sub-etnis merupakan istilah kontemporer yang dipakai untuk untuk merujuk pada anak-anak suku yang ada di Minahasa.
4 Semoga pada akhirnya, kita dapat mengambil satu kesimpulan tentang mengapa “MAESAAN” (bersatu/persatuan) itu penting, dan bahwa kita semua: Tontemboan, Toudano, Tombulu, Tonsea, Tonsawang, Bantik, Pasan, Ponosakan, Bobontehu, Tonsina, Jawa-Tondano, Borgo, dan lain-lain yang telah datang bersekutu di Tanah Minahasa adalah bersaudara (torang samua basudara), tanpa memandang perbedaan latar belakang yang kita miliki.
0 comments:
Post a Comment