Pakasaan Toudano-Minahasa
Banyak tulisan mengenai sejarah Minahasa, baik dalam bentuk buku, makalah maupun yang dituangkan di berbagai website, keliru dalam memahami keberadaan Pakasaan1 Toudano, sehingga dengan sendirinya mengurangi pemahaman tentang Minahasa secara utuh.2 Salah satu penyebabnya adalah variasi-variasi dalam tradisi mengenai keberadaan sub-etnis3 Minahasa yang paling resisten terhadap Belanda sebelum kalah dalam Perang Tondano 1808-1809 ini.
Perlu dipahami bersama bahwa tradisi-tradisi yang beredar secara lisan dalam masyarakat tradisional Minahasa, baik yang kemudian telah ditulis atau yang belum ditulis, telah melalui proses sublimasi yang lama, sehingga melahirkan versi-versi yang tak jarang simpang siur antara satu dengan yang lain. Hal ini disebabkan oleh tidak ada (atau hilangnya) tradisi menulis pada masyarakat purba Minahasa, ketidak-stabilan yang dihadapi kelompok-kelompok masyarakat oleh serangan perompak, peperangan antar-suku atau perpindahan tempat tinggal yang sering terjadi. Kebanyakan informasi yang diperoleh dari masa lalu adalah melalui tradisi lisan yang dilestarikan secara turun temurun terutama melalui pempimpin agama atau pemimpin adat.