Saturday, October 31, 2009

Pembagian Wilayah Musyawarah Watu Pinawetengan

PAKASAAN TOULOUR MENURUT H. M. TAULU

Dalam bukunya Bungarampai: Sejarah dan Anthropologi Budaya Minahasa, H. M. Taulu menjelaskan tentang perjalanan suku Toudano, yang ia sebut juga sebagai Toulour. Sebagai catatan bahwa istilah Toulour (dibedakan dari nama kampung) cenderung dipakai oleh suku-suku lain untuk menyebut penduduk yang berdiam di seputar danau Tondano, yakni Kakas, Remboken dan Tondano, dan merupakan istilah yang dipakai oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai kesatuan distrik yang mencakup wilayah ketiga anak suku di atas. Berikut kutipannya:
Setelah pembagian daerah di Watu Pinawetengan, berangkatlah keempat suku masing-masing ke tempat yang telah ditentukan untuk masing-masing:
1. Suku Tontewoh (diganti Tonsea th. 1679) ke Timur Laut dipimpin oleh Tonaas Walalangi' dan Rogi, ke Niaranan, di sebelah Timur Tanggari.
2. Suku Tombulu' berangkat ke Utara dipimpin oleh Tonaas Walian Mapumpun. Belung dan Kekeman ke Majesu.
3. Suku Tompakewa (diganti Tontemboan th. 1875) berangkat ke Baratlaut menempati Kaiwasian di sebelah Timur Tombasian sekarang (h. 8-9)
4. Suku Toulour yang sebenarnya dalam musyawarah itu disebut dengan Pakasaan Tumaratas, tetapi karena wilayahnya mempunyai lour atau danau besar, dengan terang mereka menyebut dirinya Toulour. Dari Watu Pinawetengan keluarga mereka dibawa ke Atep, diantar oleh tonaas Singal. Tetapi di sana mereka diserbu oleh perompak Tidore dan Tobelo. Terpaksa rakyat yang tua-tua lari ke Kakas dan sekitarnya. Yang muda-muda tidak mau turut ke Kakas, melainkan bangkit mengejar kaum perompak ke laut luas, memerangi, menggempur musuh sampai ke daerah-daerah mereka.
Lama sekali mereka, pemuda-pemudi waranei itu, berpair-pair di lautan Maluku, akhirnya, mereka pulang mendarat di Tanjung Pulisan. Dari sana mereka naik ke muara danau Tondano, bersatu dengan datuk-datuk mereka.

Dari Kakas keluar, tonaas-tonaas dan Matulandi pergi ke muara danau Tondano, memperusah tumani’ baru, Tondano dan lain-lain, yang kemudian menjadi walak Tondano besar, masih satu walak, tetapi setelah tahun 1818, maka Tondano terbahagi atas 2 walak:
1. Walak Tondano Toulimambot di bahagian barat, dan
2. Walak Tondano Touliang di bahagian Timur kota.
3. Wilayah Kakas dan desa-desa tumani’nya, mendirikan pula walak Kakas.
4. Dari Mayesu Tombulu’, keluar tonaas Boyo pergi ke pantai danau Malesung, mendirikan wanua Remboken. Mereka di sana bercampur-baur dengan suku Toulour dari Kakas dan Tondano. Lalu bersama dengan anak-anak desanya kemudian menciptakan walak Remboken. Dengan demikian pakasaan Tumaratas atau Toulour terdapat 4 walak.

H.M. Taulu, Bunga Rampai: Sejarah dan Anthropologi Budaya “Minahasa,” Jilid I cetakan V (Manado: Tunas Harapan,1981) h. 8-9.

Perang MALESUNG versus BOLAANG-MONGONDOUW

[Bagi teman-teman dari Bolaang-Mongondow yang kebetulan membaca tulisan ini, biar kiranya tulisan ini sekedar menjadi refleksi sejarah yang mengatakan kepada kita semua sekarang ini bahwa kita telah belajar apa arti permusuhan dan persahabatan, dan olehnya kita telah memperoleh kebajikan untuk memberi teladan kepada mereka yang kelak datang sesudah kita.]

Oleh: Boèng Dotulong

Perang Pertama (1606)
Ketika orang-orang Bolaang di bawah kepemimpinan Ramokian (salah seorang anak dari Rama Polei/Polii) bersama iparnya Panulogon menderita kekalahan dalam perang di Langoan, mereka meminta didatangkan balabantuan dari Bolaang dan menyerang negeri Kakas dan Tondano.
Akan tetapi pahlawan-pahlawan dari kedua walak ini yang dipimpin oleh kepala walak Dotu Gerungan dari Tondano dan dotu Wengkang dari Kakas memukul mundur musuh sampai di Mangket, dekat negeri Kapataran yang sekarang.

SEJARAH SINGKAT "SUKU TOUDANO"

(abad ke- XV; tahun eksak tidak terusut lagi).(1)

Oleh: Boèng Dotulong

Setelah terjadi pembagian bahasa serta penetapan religi/posan/pelii di "Tu'ur in Tana' (pusat- , dasar-bumi) nama ini diganti dengan "Watu Pinawètèngan" (batu di mana telah diadakan pembagian).

Selang rapat pembagian berjalan, didirikan 4 buah pondok, yaitu:
1. Arah Baratdaya untuk suku Tountèmboan = orang yang memiliki peti-pusaka;
2. Arah Baratlaut untuk suku Toumbulu' = orang yang berdiam di gunung;
3. Arah Timurlaut untuk suku Tounsèa = orang yang berdiam ditempat punuh tumbuhan sèa (Monochoria Tinctoria Roxb.);
4. Arah Tenggara untuk suku Tountumaratas = orang yang telah memutuskan; kata asal “ta'tas” = tebang, putus.

Agama Protestan di Minahasa

Negeri-Negeri Pengguna Bahasa Tondano

Berikut ini adalah negeri-negeri pengguna Bahasa Tondano seperti yang ditulis oleh Bpk Boeng Dotulong di situs Facebook: Lestarikan Bahasa Tondano.
Menurut F.S. Watuseke dalam tulisannya Sejarah Minahasa, penutur bahasa Tondano berjumlah kurang lebih 70.000 (th. 1960-an). Sekarang ini barangkali sudah menurun seiring dengan mulai tidak dikenalnya Bahasa Tondano di kalangan orang Tondano, terutama para generasi muda.
Menurut buku Injil ni Markus karangan F.S. Watuseke, yang juga disebut oleh Bpk Boeng Dotulong, para penutur Bahasa Tondano tersebar di wilayah pegunungan Timur Lembean dan seputaran Danau Tondano. Di samping wilayah tsb di atas Bahasa Tondano juga dipergunakan di wilayah-wilayah transmigrasi seperti di wilayah sekitar Tendeki, Duasudara dan Danowudu, di Sampiri dan di wilayah-wilayah transmigrasi sekitar Tompaso-Baru, Kecamatan Modoinding di Minahasa-Selatan, di beberapa wilayah transmigrasi di Bolaäng-Mongondow, juga para perantau baik yang ada di Jakarta dan wilayah-wilayah lainnya di Indonesia maupun di luar negeri.

Arti Nama Nama Kampung Toudano



Lindungi Danau Kita dengan Menjaga Hutan Kita. Jangan biarkan ini terjadi!

http://www.wepa-db.net/pdf/0712forum/presentation26.pdf

Popular Posts