BAKU BEKING PANDE SEBAGAI PROYEK METABUDAYA
Pembandingan Konvergen dengan Demokrasi Deliberatif Habermas dan Filsafat Politik Rorty *
Benni E. Matindas**
Pertama-tama kita harus bersyukur pada Tuhan karena untuk kita bisa berkumpul di sini dan melakukan hal yang sepenting ini jelas hanya dimungkinkan oleh berkatNya. Kemudian terimakasih dan salut harus kita berikan pada ForMinSel yang sudah secara sangat tepat memilih topik kajian — baik sebagai diagnosis maupun hipotesis solusi — dan pada saat yang sangat tepat. Yang dimaksud “saat yang tepat” dalam hal ini bukan saja karena masalah budaya politik sedang aktual di Minahasa Selatan tetapi terutama karena dari segi waktu harus dinyatakan bahwa sekarang adalah masa krisis bagi masyarakat Minahasa dimana kita dapat tergilas untuk selamanya di tengah arena persaingan regional terlebih global, jika terlambat.
I. Spiral Politik Kebudayaan Subhumanisasi
* Sistem Politik yang hanya berwujud hedonisme politik. Segala korupsi, nephewisme, kolusi, perselingkuhan tatanegara, monopoli tanpa pengawasan parlemen, anomali kekuasaan pemerintahan, pengkhianatan DPR pada fitrahnya sendiri (DPR melegislasi disfungsionalisasi DPR), dll., dst., semua itu menjadi lumrah, wajar, biasa, akibat proses yang disebut (oleh Hanna Arendt:) banalisasi kejahatan.